Bagi sahabat yang pengen tanya2 masalah obat spt pemilihan obat (swamedikasi), resep obat, KIE dlll juga boleh lho... :) silakan saja langsung kasih komen u disini..
Truz klo sahabat mau jadikan tulisan di blog ini wat referensi untuk tugas dlll boleh juga lho tp jangan lupa nyertain sumbernya ya... ga boleh plagiat... oke2... :)
Blog ini menulis apa saja yang ingin ditulis... baik berupa essay,artikel maupun tips-tips, tentang farmasi dan kesehatan,dan lain-lain....
Translate
Selasa, 26 Februari 2013
Kajian Resep Part 2
Hai sahabat, dipostingan ke 3 nei saya akan mengkaji resep lagiii... :)
Langsung aja ya... lihat resep dibawah nei:
dr yy ( dokter umum)
Langsung aja ya... lihat resep dibawah nei:
dr yy ( dokter umum)
SIP : 05X/08X/DU/VI.29/200X
Praktek- Rumah
Jl K . Solo
0271-63XXXX/ 0819XXXXXXX
16.30-20.00
Solo, 14
/7 /2012
R/ Progesic X
S. 3 dd 1
tanda tangan
tanda tangan
R/ Dexameth 1 tb
Kallium diklofenak ( dexamedica) 3/10 tab
m.f. cap
X
S. 3 dd 1 Tanda tangan
R/
Thiamphenicol 500 X
S. 3 dd 1 Tanda tangan
Iter 2 x, 3 R
Pro : Tn M
Alamat : Jln. K
Umur :
-
A. Aspek Legalitas
A. Aspek Legalitas
Berdasarkan prasyarat di
atas diketahui bahwa resep tersebut belum lengkap yaitu tidak terdapat umur dan
berat badan pasien. Walaupun resep belum lengkap namun resep masih dapat
dikerjakan karena dosis dapat dihitung dari dosis lazim atau dosis maksimum untuk
dewasa.
B. Aspek Kerasionalan
- Tepat Indikasi
Berdasarkan resep
yang diresepkan dapat disimpulkan bahwa pasien menderita demam tifoid. Demam
tifoid adalah suatu infeksi bakterial yang disebabkan Salmonella tiphy, ditandai dengan demam berkepanjangan, nyeri
perut, splenomegali (pembengkakan limpa),diare (Soegijanto,2002).
Pada resep di atas
pasien Tn M diresepkan Progesic yang mengandung Parasetamol. Parasetamol
berfungsi untuk mengatsi demam pada pasien demam tifoid dengan mekanisme kerja
menghambat sintesis prostaglandin di SSP , tepatnya di hipotalamus
(Darsono,2002).
Pada resep di atas
pasien diresepkan racikan kapsul Dexamethasone dan Kalium Diklofenak.
Dexamethason dalam resep berfungsi untuk mengatasi gejala spelomegali pada
pasien tifus. Splenomegali merupakan pembekakan atau pembesaranlimpa. Pembesaran
terjadi akibat peradangan yang menyebabkan peningkatan infiltrasi sel-sel
fagosit dan sel-sel neutrofil (Rahman,2009). Dexamethasone mengatasi
splenomegali akibat peradangan dengan cara menekan migrasi neutrofil,
mengurangi produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler
yang semula tinggi dan menekan respon imun (Martindale, 2006). Sedangkan Kalium
Diklofenak digunakan untuk mengatasi nyeri perut yang dialami pasien tifus
dengan cara menghambat aktivitas siklooksigenase dengan pengurangan produksi
prostaglandin (Fitrianingsih dan Zulkoni,2010)
Pada resep di atas
pasien juga diresepkan Tiamfenikol. Tiamfenikol dalam resep digunakan untuk
membunuh Salmonella tiphy dengan cara
Menghambat sintesa protein yang berinteraksi dengan ribosom 50 S (Anonim,2007a).
2. Kesesuaian bentuk sediaan
Pada resep di atas
pasien diresepka obat dengan bentuk sediaan tablet yaitu Progesic dan dalam
bentuk kapsul berupa racikan dan kapsul Tiamfenikol. Pasien adalah pasien
dewasa sehingga bentuk sediaan tersebut sudah sesuai dengan kondisi pasien.
3.
Kesesuaian dosis
1.
Progesic
Progesic mengandung Parasetamol 500 mg tiap
tabletnya. Dosis Progesic dalam resep yaitu 3 x sehari 1 tablet. Dosis
Parasetamol untuk dewasa yaitu sekali minum 3-4 x 300 mg – 1g, sehari maksimal
4 g (Anonim,2007a). Sehingga dosis parasetamol dalam resep sudah
sesuai.
2.
Racikan kapsul
Racikan kapsul mengandung Kalium Diklofenak dan
Dexamethasone Dosis racikan kapsul dalam resep 3 x sehari 1 kapsul. Dosis
Dexamethasone dalam resep yaitu 3 x 0,5 mg. Dosis Dexamethasone dalam teori
yaitu Dewasa 0,75-9 mg/hr PO, terbagi
dalam 2-4 dosis. Sehingga sudah sesuai. Dosis Kalium Diklofenak dalam racikan
kapsul yaitu 3 x 15 mg. Sedangkan Dosis Kalium Diklofenak dewasa
100-150 mg dibagi dalam 2-3 dosis (Anonim,2007a). Sehingga
kurang dari dosis teori. Oleh karena itu perlu dikonfirmasikan kepada dokter
apakah ada pertimbangan lain terkait pasien yang menyebabkan dosis dikurangi. Mungkin dokter meresepkan kalium diklofenak dibawah dosis dewasa karena ada obat yang fungsinya sama dengan Kalium diklofenak yaitu mengatasi inflamasi yaitu dexamethason dan untuk nyeri yaitu progesic.
3.
Tiamfenikol
Pada resep diatas pasien diresepkan Tiamfenikol 3
x sehari 1 Kapsul (500 mg). Dosis Tiamfenikol dewasa: 1-2 gram sehari dibagi
dalam 4 dosis (Anonim,2007a). Dosis sekali minum dalam resep 500 mg sudah
sesuai dengan teori yaitu antara 250-500 mg, namun untuk frekuensinya kurang
seharusnya 4 x sehari tapi dalam resep hanya 3 x sehari. Oleh karena itu perlu
dikonfirmasikan kepada dokter terkait hal tersebut apakah ada pertimbangan
khusus. Jika tidak ada direkomendasikan
untuk dinaikkan menjadi 4 x 500 mg.
c.
Tepat pasien dan pemilihan obat
Dalam resep diatas tidak ada obat yang saling
berinteraksi satu sama lain dan tidak ada obat yang kontraindikasi dengan
pasien. Semua obat dalam resep saling mendukung dalam pengobatan pasien demam
tifoid. Dalam resep ada obat yang sama-sama dapat digunakan untuk mengatasi
nyeri yaitu Progesic dan Kalium Dikofenak namun mekanisme kerjanya berbeda.
Dokter meresepkan kedua obat tersebut mungkin supaya penanganan nyerinya lebih
efektif. Selain itu pasien juga diresepkan obat sama-sama untuk mengatasi radang yaitu kalium diklofenak dan dexamethasone namun mekanisme kerjanya berbeda. Dokter meresepkan kedua obat diharapkan penanganan radang ( splenomegali) menjadi lebih efektif
4. KIE
a a.
Progesic diminum 3x sehari 1 tablet, bila panas, setelah makan.
b.
Racikan kapsul diminum 3 x sehari 1 kapsul, setelah makan.
c.
Bila diijinkan dokter pemakaian Tiamfenikol 4 x sehari 1 kapsul.
d.
Pasien sebaiknya bed rest ( istirahat total) agar cepat sembuh dan menghindari komplikasi.
e.
Sebaiknya makan-makan yang lunak dan bergizi.
f.
Jika demam dapat dikompres dengan air hangat dan jangan memakai selimut
tebal.
g.
Minum air putih 8 gelas sehari.
Daftar Pustaka:
Anonim.2007a.
Farmakologi dan Terapi.Jakarta: FKUI
Darsono, Lusiana. 2002. “Diagnosis dan Terapi
Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol” Jurnal Kimia Vol. 2, No. 1.
Fitrianingsih, Dwi dan Zulkoni, H Akhsin.2010. Farmakologi
Obat-obat dalam Praktek Kebidanan.Yogyakarta:Nudted
Martindale.2006. The Complete Drug Reference
35th Edition.London: Pharmaceutical Press
Rahman, Febri.2009. Penyebab
Splenomegali.http://indovet.wordpress.com. diakses tanggal 31 Oktober 2012.
Soegijianto,2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba
Medika.
Rabu, 23 Januari 2013
Kajian Resep Part 1

Hai Sahabat Nayla, lama tak bersua... bru sempat buat tulisan lg nei krn kesibukan ngurus magang dan tugas akhir... di postingan kedua kali ini sy akan mengkaji resep... langsung aja ya nei resepnya...
dr. yy (
DokterUmum )
SIP :
05X/08X/DU/VI.29/200X
Praktek- Rumah
Jl K . Solo
0271-63XXXX/ 0819XXXXXXX
16.30- 20.00Solo, 5/8/2012
R/ Antasida XV
S. 3 d d 1
R/ Captopril 25 XII
S. 3 d d 1
R/ HCT VII
S. 1 d d 1
R/ Piracetam XV
S. 2 d d 1 ( Pagi dan Sore )
R/ Brainact XXI
S. 3 d d 1
R/ TromboAspilet XXI
S. 3 d d 1
Pro :Ny
M
Alamat :
-
Umur :
-
A. Aspek Legalitas
Berdasarkan prasyarat di atas
diketahui bahwa resep tersebut belum lengkap yaitu, tidak terdapat tanda tangan
atau paraf dokter penulis resep yang menjadikan resep itu tidak otentik karena
tanda tangan menyatakan keabsahan resep. Selain itu identitas pasien juga
kurang lengkap yaitu tidak terdapat umur dan berat badan pasien serta alamat
pasien. Alamat pasien digunakan untuk menelusuri jika ada masalah terkait
resep, namun dalam resep tidak ada sehingga jika ada permasalahan akan sulit
dalam penelusuran. Sedangkan berat badan pasien digunakan untuk menghitung
dosis obat secara lebih tepat. Walaupun belum lengkap, resep ini masih dapat
diproses karena dosis obat untuk pasien dapat dihitung dari dosis lazim atau
dosis maksimum dewasa.
B. Aspek Kerasionalan
a. Tepat indikasi
Berdasarkan resep
yang diberikan, maka dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita hipertensi, dimensia dan tukak lambung. Hipertensi
adalah bila didapatkan tekanan darah
sistolik secara konsisten ≥ 140 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan diastolik
secara konsisten ≥ 90 mmHg atau lebih tinggi (Kaplan, 2006; JNC, 2007). Mereka
yang menderita hipertensi pada usia dewasa menuju tua adalah terganggunya
fungsi kognitif. Salah satu penyakit gangguan fungsi kognitif yang terkait
dengan hipertensi adalah terjadinya demensia (AHA, 2007).Demensia adalah
suatu sindrom penurunan fungsi kognitif
yang bermanifestasi sebagai gangguan memori (Perdossi, 2007).Tukak lambung (
ulkus peptikus) merupakan pembentukan ulkus pada saluran pencernaan bagian atas
yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan pepsin ( Sukandar,dkk, 2009).
Pada resep ini
pasien nyonya Mardi di resepkan Captopril untuk mengatasi hipertensi yang
beliau alami. Captoprilmenghambat
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi
dan penurunan sekresi aldosteron. Vasodilatasi secara langsung akan menrunkan
tekanan darah, sedangkan berkurangnya aldosteron akan menyebabkan ekskresi air
dan natrium dan retensi kalium (Anonim,2007). Sehingga penggunaan Captopril
sudah sesuai dengan indikasi yang dialami pasien.
Selain itu pasien
juga diresepkan HCT untuk mengatasi hipertensi. Pada pasien hipertensi biasanya
kadar natrium dalam darahnya tinggi yang menyebabkan volume cairan
ekstraselulernya meningkat sehingga volume darah juga meningkat ( Astawan,
2003). Natrium dapat mengecilkan diameter dari arteri, sehingga jantung harus
memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang
yang semakin sempit dan akibatnya adalah hipertensi (Hull, 1993 ).HCT bekerja
denganmenghambat trasport Na-Cl di tubulus distal ginja, sehingga ekskresi Na
dan Cl meningkat (Anonim, 2007). Jika natrium menurun maka volume darah dan tekanan darah juga Menurun(
Hull, 1993). Sehingga pemberian HCT sudah sesuai.
Selain itu pasien
juga diresepkan Piracetam dan Thrombo Aspilet. Piracetam bekerja melindungi
korteks serebral terhadap hipoksia. Hal ini juga menghambat agregasi platelet dan
mengurangi viskositas darah (Anonim,2011 ). Sedangkan Trombo Aspilet mengandung
acetosal yang bekerja dengan menghambat COX 1 yang menyebabkan agregasi
platelet dihambat sehingga visikositas darah menurun (Anonim 2007). Menurut Letcher (1981), bahwa pada penderita
hipertensi mempunyai visikositas darah yang lebih tinggi. Karena visikositas
darah tinggi maka darah akan sulit mengalir, ditambah pada penderita hipertensi
juga mengalami penyempitan pembuluh darah karena kadar natrium dalam darah tinggi sehingga menyebabkan tekanan darahnya
tinggi. ( Hull, 1993). Sehingga peresepan
Piracetam dan Thrombo aspilet sudah sesuai dengan indikasi yang dialami
pasien.
Selain itu pasien
juga diresepkan Antasida untuk mengatasi tukak lambung yang dialami pasien . Pada penderita tukak lambung terjadi hipersekresi asam lambung. Antasida
bekerja dengan menetralkan asam lambung (Anonim, 2007). Sehingga diharapkan
dapat mengurangi kelebihan asam lambung yang dialami oleh pasien.
Pada resep di atas pasien juga diresepkan Brainac yang mengandung sitikolin. Sitikolin dapat
memperbaiki fungsi kognitif dengan meningkatkatkan kadar kolin ( Anonim, 2012). Kolin
berperan penting didalam tubuh, terutama bagi perkembangan fungsi otak. Hal
tersebut berkaitan dengan peran kolin sebagai komponen asetikolin yang berfungsi
sebagai pengantar sinyalsaraf.Asupan kolin yang cukup akan membantu kerja
sinyal saraf pada otak, sehingga menghindari kepikunan pada orang lanjut usia (
Anonim, 2012 ). Sehingga obat tersebut cocok untuk pasien nyonya mardi yang
mengalami penurunan fungsi kognitif (dimensia).
b. Kesesuaian bentuk sediaan
Pada resep di atas
pasien diresepkan obat dengan bentuk sediaan tablet yaitu Captopril, HCT,
Trombo Aspilet, Piracetam dan Antasida. Pasien juga diresepkan obat dengan
bentuk sediaan kapsul yaitu Brainact. Karena pasien merupakan pasien dewasa
sehingga pemilihan bentuk tablet dan kapsul sudah tepat.
c. Kesesuaian dosis
1. Antasida
Pada resep diatas pasien diresepkan antasida dengan dosis 3x sehari 1 tablet. Sedangkan dosis antasida
untuk pasien dewasa menurut Anonim (2010), yaitu 3-4 kali sehari 1-2 tablet.
Sehingga dosis antasida yang diresepkan sudah sesuai.
2. Captopril
Pada resep diatas
pasien diresepkan Captopril dengan dosis 3 x sehari 1 tablet (25mg).
Sedangkan dosis Captopril menurut Anonim (2010), yaitu 25- 100 mg/ hari
terbagi dalam 2-3 dosis. Sehingga dosis Captopril yang diresepkan sudah sesuai.
3. HCT
Pada resep diatas
pasien diresepkan HCT dengan dosis 1 x sehari 1 tablet (25 mg).
Sedangkan dosis HCT menurut Anonim (2007), yaitu 12,5-25 mg/ hari, pemberian 1
kali sehari. Sehingga dosis HCT yang diresepkan sudah sesuai.
4. Piracetam
Pada resep di atas
pasien diresepkan Piracetam 2 x sehari 1 tablet. Sedangkan dosis
piracetam menurut Anonim (2011), yaitu 3 x sehari 1 tablet (800 mg). Sehingga
dosis piracetam yang di resepkan kurang sesuai karena di bawah dosis yang
seharusnya. Sehingga perlu didiskusikan dengan dokter apakah ada kondisi khusus
atau pertimbangan lain yang menyebabkan dosis dikurangi. Jika tidak ada maka direkomendasikan
untuk dinaikkan menjadi 3 x sehari 1 tablet (800 mg).
5. Brainact
Pada resep di atas
pasien diresepkan brainact kapsul yang tiap kapsulnya mengandung
sitikolin 500 mg. Dosis brainact yang di resepkan yaitu 3 x sehari 1 kapsul
(500 mg). Sedangkan dosis sitikolin untuk dewasa yaitu 1000-2000 mg/ hari dalam
dosis terbagi(Anonim,2012). Sehingga dosis yang diresepkan sudah sesuai.
6. Trombo aspilet
Pada resep di atas
pasien diresepkan trombo aspilet yang tiap tabletnya mengandung asetosal
80 mg.Dosis thrombo aspilet yang diresepkan
3 x sehari 1 tablet (80 mg). Sedangkan
dosis asetosal untuk antiplatelet : 1 x sehari 1-2 tablet ( 80- 160 mg )(Anonim,2010
). Sedangkan dosis maksimum acetosal untuk sekali 1g dan dosis maksimum sehari
8 g ( Anonim, 1979). Dosis asetosal dalam resep melebihi dosis asetosal sebagai
antiplatelet namun tidak melebihi dosis maksimum asetosal baik dosis sekali
minum maupun dosis sehari. Sehingga pemberian dosis asetosal dalam resep
masih dibolehkan.
b.
Tepat pasien dan pemilihan obat
Obat yang diresepkan ada yang kontraindikasi dengan pasien. Obat
tersebut adalah thrombo aspilet yang mengandung asetosal. Asetosal
kontraindikasi dengan pasien karena beliau menderita tukak lambung (
ulkus peptikus). Penggunaan AINS dapat memperparah kondisi pasien, hal ini
dikarenakan asetosal mempunyai mekanisme tidak hanya menghambat COX-2 tapi juga
menghambat COX 1 yang berperan dalam perlindungan mukosa lambung sehingga
dengan dihambatnya COX-1 tersebut proses perbaikan mukosa nenjadi terhambat dan
mukosa lambung akan semakin rusak oleh adanya asam lambung karena tidak ada
yang melindungi mukosa tersebut ( Dipiro, 2008 ). Sehingga sebaiknya obat
tersebut tidak digunakan oleh pasien..
Selain itu ada
obat yang mempunyai indikasi yang sama yaitu piracetam dan thrombo aspilet
(asetosal ) yaitu menghambat agregasi platelet dan mengurangi viskositas darah
( Anonim, 2010). Pirasetam tidak kontraindikasi dengan pasien, namun asetosal
ada kontra indikasi dengan pasien.Oleh karena itu bisa dipilih salah satu saja
yaitu pirasetam.
Selain ada kontra
indikasi , obat yang diresepkan ada yang saling berinteraksi satu dengan yang
lainnya yaitu Captopril dengan antasida, antasida dengan asetosal, Captopril
dengan asetosal, dan HCT dengan asetosal.
Menurut Anonim
(2007) interaksi obat antara Captopril dan antasida yaitu jika digunakan
bersamaan maka antasida akan menurunkan absorbsi dari Captopril. Interaksi ini
dapat dihindarkan jika obat yang berinteraksi tersebut diberikan dengan jarak
waktu minimal 2 jam. Sedangkan interaksi antara asetosal dan antasida yaitu
antasida akan meningkatkan kelarutan dari asetosal. Oleh karena itu perlu
diberika jarak waktu minum minimal 2 jam. Sedangkan menurut anonim (2007) interaksi
antara Captopril dan asetosal yaitu asetosal dapat menurunkan efek
antihipertensi dari Captopril.Sebaiknya kombinasi antara asetosal dan Captopril
dihindarkan . Sedangkan menurut Anonim (2007), interaksi antara
HCT dan asetosal (AINS) yaitu asetosal (AINS) dapat mengakibatkan efek
antihipertensinya mengalami antagonis, hal ini dikarenakan asetosal (AINS)
dapat menghambat sintesis prostaglandin yang berperan penting dalam pengaturan
aliran darah ginjal dan transport air dan garam. Akibatnya terjadi retensi
natium dan air yang akan mengurangi efek hampir semua obat antihipertensi. Oleh
karena itu sebaiknya kombinasi kedua obat tersebut dihindarkan.
Pada resep pasien
diresepkan HCT dan Captopril. Captopril mempunyai efek samping mengakibatkan
hiperkalemia sedangkan HCT dapat mengakibatkan hipokalemia ( Anonim, 2007 ).
Menurut Anonim (2007) HCT ( tiazid ) jika dikombinasikan dengan Captopril ( ACE- inhibitor)
dapat menghindarkan dari efek samping tersebut. Sehingga pemilihan kombinasi Captopril
dan HCT sudah tepat.
Pada resep ada
obat yang menyebabkan batuk kering yaitu Captopril. Efek samping batuk
kering memang tidak dialami semua pasien, namun bisa saja pasien mengalami hal
tersebut Anonim (2007 ). Oleh karena itu bisa diinformasikan kepada pasien
terkait efek samping tersebut secara bijak. Hal ini bertujuan untuk agar pasien
tetap patuh terhadap pengobatan.
4. C. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
a. a. Jika dokter mengizinkan maka penggunaan obat dalam resep untuk pasien
adalah sebagaimana berikut:
1. 1 Antasida dikunyah 3x sehari 1
tablet , saat perut kosong ( sebelum atau sesudah makan) (Anonim,2007).
2. 2. Captoprildiminum 3 x sehari 1 tablet (25 mg) 1 jam sebelum
makan (Anonim,2007).
3 3. Piracetam diminum 3 x sehari
1 tablet (800 mg) setelah makan (Anonim,2011).
4. 4. Brainact diminum 3 x sehari 1
kapsul (500 mg) setelah makan.
5. 5. HCT diminum1 x sehari 1
tablet (25 mg), setelah sarapan pagi.
b. b. Modifikasi gaya hidup seperti:
- 1. Penurunan berat badan
- Diet rendah natrium
- Melakukan aktifitas fisik seperti aerobik (Sukandar,dkk,2009)
- Minum air putih 8 gelas sehari
- Target tekanan darah kurang dari 140/90 mmhg (Anonim,2006)
- Pasien disarankan untuk kontrol tekanan darah secara rutin.
- Karena hipertensi pengobatannya seumur hidup maka perlu ditekankan kepatuhan pasien dalam minum obat.
Daftar Pustaka :
AHA, 2007. High Blood Pressure Increase Risk of
Reduced Function in Older Ages. http://www.americanheart.org/presenter.
tanggal akses 17 November 2012.
Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta:
Depkes RI
Anonim. 2006. Pharmaceutical Care Hipertensi. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik.
Anonim.2007.
Farmakologi dan Terapi.Jakarta: FKUI
Anonim.2010. Informasi
Spesialite Obat.Jakarta:PT ISFI
AnonIm 2011.Obat Pasca Stroke. http://sehatdiharitua.wordpress.com/. diakses 17 November 2012
Anonim 2012. Brainact. http://www.farmasiku.com/index.php tanggal diakses 17 November 2012
Astawan.2003. Atur Asupan Natrium Secara Cermat.
Kompas.com diakses 17 November 2012.
Dipiro.2008.Pharmacotherapy Pathologic Approac.
Washington DC: Mc Graw Will Medical.
Hull,
Alison.1993.Penyakit Jantung, Hipertensi, & Nutrisi.Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
JNC,
2007. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. http://www.nhlbi.nih.gov
/guidelines/hypertension/jnc7full.htm tanggal akses 17 November 2012
Kaplan
NM, 2006. Primary Hypertension: Pathogenesis. In: Kaplan’s Clinical Hypertension. New York: Lippincott William & Wilkins.
Perdossi, 2007. Diagnosis Dini Dan Penatalaksanaan Demensia. Kelompok Studi Neuro-behaviour. 1-8
Sukandar dkk,2009.ISO Farmakotepi.
Jakarta:PT ISFI
Langganan:
Postingan (Atom)